Hujan Ekstrem di Puncak Bogor Picu Banjir di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tangerang

banner 468x60

kawanjarinews.com – Jakarta, 11 Agustus 2025 – Hujan ekstrem dengan curah hujan lebih dari 110 milimeter per hari di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, memicu luapan Sungai Ciliwung dan mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah Jakarta dan kota-kota sekitarnya, termasuk Depok, Bekasi, dan Tangerang.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat curah hujan tinggi ini terjadi secara terus-menerus selama beberapa jam, mengalirkan volume air besar dari hulu menuju hilir Sungai Ciliwung.

Di Jakarta Barat, banjir akibat luapan Kali Pesanggrahan merendam puluhan rumah dengan ketinggian air antara 40 hingga 50 sentimeter.

“Air mulai masuk sekitar pukul 04.00 pagi, awalnya hanya setinggi mata kaki, tapi cepat naik hingga hampir setengah meter. Kami terpaksa memindahkan barang-barang ke lantai dua agar tidak rusak,” ujar salah satu warga terdampak di kawasan Srengseng, Jakarta Barat.

Sementara itu, di Jakarta Timur, ratusan rumah di kawasan Kebon Pala terendam banjir hingga setinggi 70 sentimeter akibat meningkatnya debit air Sungai Ciliwung yang berhulu di Bogor dan Depok.

“Hujan deras dari malam membuat air sungai meluap sejak subuh. Dalam waktu kurang dari satu jam, air sudah setinggi lutut orang dewasa. Kami sudah terbiasa dengan banjir, tapi kali ini arusnya lebih deras,” kata Nuraini, warga Kebon Pala yang rumahnya terendam.

Peristiwa ini tercatat sebagai banjir ketiga dalam kurun waktu 10 hari terakhir di wilayah tersebut. Meski demikian, tidak ada warga yang mengungsi karena sebagian besar rumah warga merupakan bangunan dua lantai, sehingga aktivitas sehari-hari masih dapat berlangsung di lantai atas.

Pakar tata kota menilai kejadian ini menjadi pengingat pentingnya pengelolaan sungai dan daerah resapan air secara terpadu. Infrastruktur pengendalian banjir seperti tanggul, pintu air, dan kolam retensi perlu diperkuat, terutama di kawasan padat penduduk yang rawan terdampak.

Selain itu, adaptasi masyarakat dengan membangun rumah dua lantai dinilai sebagai salah satu bentuk mitigasi risiko, namun langkah tersebut belum cukup untuk mengurangi kerugian jangka panjang. Upaya perbaikan drainase, penghijauan, serta pengaturan tata ruang di daerah hulu dan hilir dinilai mendesak untuk dilakukan.

Baca juga: DJP Klarifikasi SP2DK Rp2,9 Miliar untuk Tukang Jahit Pekalongan

Baca juga: Mobil Daihatsu Gran Max Hilang di Cideng, Kerugian Capai Rp150 Juta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *